Wanda Group meninggalkan saham mayoritas di AMC Theatre

Dalian Wanda Group telah melepaskan saham mayoritas di AMC Entertainment Holdings, operator bioskop terbesar di AS, setelah perusahaan itu membukukan rekor kerugian pada 2020.

Menurut laporan tahunan AMC yang disampaikan Jumat lalu, kepemilikan saham perusahaan swasta Wanda dalam saham beredar AMC telah turun menjadi 23,08 persen pada 31 Desember, dengan hak suara gabungan 47,37 persen, dan kepemilikan saham dan hak suara Wanda turun lebih jauh menjadi 9,8 persen pada 3 Maret. Wanda Group tetap menjadi pemegang saham terbesar AMC.

“Bahkan setelah konversi, Wanda dapat memiliki dampak signifikan pada manajemen dan urusan perusahaan kami, karena berdasarkan catatan kami dan informasi yang diberikan oleh Wanda, Wanda memiliki perwakilan di dewan direksi dan mereka memiliki 9,8 persen saham per 3 Maret 2021,” kata AMC dalam dokumen tersebut.

“Karena tidak ada pemegang saham pengendali, sekarang, AMC akan dikelola oleh berbagai pemegang saham, seperti kebanyakan perusahaan publik lainnya,” kata Adam Aron, kepala eksekutif jaringan bioskop, melalui telepon.

Lihat juga:Dibuka kembali selama 43 hari, bioskop Tiongkok menyambut mahasiswa baru

Didirikan oleh miliarder Tiongkok Wang Jianlin, Wanda mengakuisisi AMC sebesar 2,6 miliar dolar AS pada 2012 sebagai bagian dari ekspansi ke sektor hiburan yang didorong oleh kredit global. Namun, konglomerat yang memiliki bisnis pusat perbelanjaan, produksi film, olahraga, dan taman hiburan itu mengakumulasi total utang sebesar 362 miliar yuan (56 miliar dolar AS) setelah mengakuisisi aset tengara seperti klub sepak bola Spanyol Atletico Madrid, studio Hollywood Legend Entertainment, dan real estate di Beverly Hills dan London, demikian Bloomberg. Laporan itu menambahkan bahwa perusahaan telah kehilangan sebagian besar aset ini.

Bloomberg menulis bahwa kekayaan Wang menyusut menjadi sekitar 14 miliar dolar AS dari puncaknya 46 miliar dolar AS pada 2015, ketika ia dinobatkan sebagai orang terkaya di Asia.

Sementara itu, jaringan bioskop itu mencatat rekor kerugian 4,6 miliar dolar AS pada 2020 setelah tingkat kehadiran anjlok lebih dari 90 persen. Pendapatan anjlok 88% tahun-ke-tahun karena perusahaan terpaksa menutup tempat dan memberhentikan ribuan orang.